Assalammualaikum Wr. Wb, halo sahabat blogger seperti biasa saya akan memberikan bermacam ilmu agar bisa membantu kalian untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan bisa menambahkan wawasan kalian sendiri, semoga bermanfaat, Wassalammualaikum Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah yang makhluk istimewa yang diciptakan Tuhan karena memiliki akal budi. Melalui akal budi manusia dapat hidup sesuai dengan apa yang ada tempat di mana dia hidup. Perkembangan yang dialami oleh manusia menjadikan dia lebih matang dalam menjalani kehidupan ini. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalani kehidupan ini. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalani hubungan secara intim dengan lawan jenis.
Hurlock (1993) dia mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya. Dari segi fisik masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mungkin mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua.
Tingkat kedewasaan seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan usianya. Mereka yang lebih tua belum tentu lebih dewasa. Dewasa tidak selalu berhubungan dengan umur. Kadang ada orang yang umurnya boleh dibilang tua, tapi sikapnya masih kekanak-kanakan, suka menang sendiri, emosian dan enggak mau kalah. Tapi, ada yang sebaliknya walaupun usianya masih muda, dia mampu menjadi panutan teman-temannya.
Dewasa adalah proses perkembangan kepribadian. Karena proses, jadi nggak bisa instant. Tidak bisa hanya dengan berdandan ala orang dewasa terus jadi orang dewasa. Kedewasaan itu lebih ke sikap kita dalam menghadapi apa pun. Memang sih, mestinya yang umurnya lebih banyak dia akan lebih dewasa karena sudah mengalami banyak haldalam hidup dan lebih banyak belajar dari pengalaman.
Tapi nyatanya tidak selalu begitu, ini karena pendewasaan dalam prosesnya bisa mengalami kemajuan, mandek bahkan mundur. Orang yang selalu belajar dari pengalaman dan suka intropeksi diri biasanya proses kedewasaannyamakin maju. Artinya, makin hari ia makin tumbuh menjadi manusia yang lebih bijaksana. Sebaliknya, orang yang cepat merasa puas sehingga marasa tidak perlu belajar lagi, manja, tidak mau dikritik dan selalu lari dari masalah akan mengalami hambatan dalam proses pendewasaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dewasa awal?
2. Apa ciri-ciri perkembangan dewasa awal?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dewasa awal
2. Mengetahui ciri-ciri perkembanagn dewasa awal
D. Manfaat Penulisan
Mengetahui berbagai pengertian dewasa awal dari beberapa ahli, serta mengetahui ciri-ciri perkembangan dewasa awal.
Baca Juga :
Internet dan Komunikasi data jaringan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Dewasa
Istilah adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescene-adolescere-yang yang berarti bentuk lampau partisipal dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa.”
Menurut KBBI déwasa yaitu:
1.
sampai umur; akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi),
2.
telah mencapai kematangan kelamin;
3.
matang (pikiran, pandangan, dsb)
Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan setelah masa remaja. Pengertian masa dewasa ini dapat dilihat dari sisi biologis, psikologis, dan pedagogis (moral-spiritual).
1. biologis masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara optimal dan kesiapan untuk bereproduksi (berketurunan).
2. psikologis, masa ini dapat diartikan sebagai periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan atau kematangan, yaitu :
a. kestabilan emosi (emotional stability), mampu mengendalikan perasaan: tidak lekas marah, sedih, cemas, gugup, frustasi, atau tidak mudah tersinggung;
b. memiliki sense of reality-kesadaran realitasnya-cukup tinggi: mau menerima kenyataan, tidak mudah melamun apabila mengalami kesulitan, dan tidak menyalahkan orang lain dan keadaan apabila menghadapi kegagalan;
c. bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang berbeda; dan
d. bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.
3. pedagogis, masa dewasa ini ditandai dengan
a. rasa tanggung jawab (sense of responsibility) terhadap kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan orang lain;
b. berperilaku sesuai dengan norma atau nilai-nilai agama;
c. memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya; dan
d. berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Dapat kita simpulkan bahwa masa dewasa adalah masa di mana seorang individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Setiap kebudayaan membuat pembedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas sudah selesai atau hampir selesai dan apabila organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Belum lama ini, dalam kebudayaan Amerika seorang anak belum resmi dianggap dewasa kalau ia belum mencapai umur 21 tahun. Sementara itu dalam kebudayaan Indonesia, seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa apabila sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun.
Selama masa dewasa yang lama ini, perubahan-perubahan fisik dan psikologis terjadi pada waktu-waktu yang dapat diramalkan seperti masa kanak-kanak dan masa remaja, yang juga mencakup periode yang cukup lama saat terjadinya perubahan-perubahan fisik dan psikologis tertentu, masa dewasa biasanya dibagi berdasarkan periode yang menunjuk pada perubahan-perubahan tersebut, bersama dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan tekanan-tekanan berdaya serta harapan-harapan yang timbul akibat perubahan tersebut.
Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membuktikan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. ‘Segala urusan ataupun masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua’. Berbagai pengalaman baik yang berhasil maupun yang gagal dalam menghadapi suatu masalah akan dapat dijadikan pelajaran berharga guna membentuk seorang pribadi yang matang, tangguh, dan bertanggung jawab terhadap masa depannya.
2. Tahapan-tahapan Dewasa
A.
Dewasa Awal
Secara umum, masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
H. S. Becker dalam Personal Changes in Adult Life (1964) menyatakan bahwa masa dewasa awal merupakan suatu masa atau periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial baru.
Secara biologis, masa ini merupakan puncak pertumbuhan fisik yang prima, sehingga dipandang sebagai usia yang tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population). Mereka memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Meskipun banyak yang mengalami sakit, tetapi jarang sampai parah.kesehatan fisik ini akan terpelihara dengan baik apabila didukung oleh kebiasaan-kebiasaan positif, seperti: makan yang teratur dan tidak berlebihan, tidak merokok, tidak meminum minuman keras atau mengkonsumsi NAZA (Narkoba), tidur yang teratur, dan berolah raga.
Secara psikologis, pada usia ini tidak sedikit di antara mereka yang kurang mampu mencapai kematangan. Hal ini disebabkan karena banyaknya masalah yang dihadapinya dan tidak mampu mengatasinya. Masalah-masalah itu di antaranya:
(1) kesulitan mencari kerja;
(2) susah mencari jodoh;
(3) keinginan untuk menikah namun belum mempunyai mata pecaharian; dan
(4) kesulitan yang dialami setelah menikah, seperti: mengurus anak, memelihara keharmonisan keluarga, dan konflik dalam menggunakan penghasilan antara keperluan anak dengan biaya rumah tangga sehari-hari. Dalam menghadapi masalah tersebut mereka ragu-ragu untuk minta pertolongan dan nasehat orang lain karena enggan kalau-kalau dianggap “belum dewasa”.
Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition), transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).
1) Ciri-ciri masa dewasa awal
Banyak di antara ciri penting dalam masa dewasa awal merupakan kelanjutan dari ciri-ciri yang terdapat dalam masa remaja. Dengan keadaan individu dalam masa remaja, apa yang telah dimilikinya sebagai hasil belajar dan pengalaman, yang kemudian dilengkapi dalam masa dewasa awal. Penyesuaian-penyesuaian yang dicapai dalam masa remaja mendasari penyesuaian diri dalam masa dewasa dan mengantarkan individu dalam kedewasaan dalam arti yang sesungguhnya.
Sebagai kelanjutan masa remaja, masa dewasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.
Usia Reproduktif
Bagi sebagian besar orang-orang dewasa muda, menjadi orang tua atau sebagai ayah/ibu merupakan satu di antara peranannya yang sangat penting dalam hidupnya. Berperan sebagai orang tua, nampak lebih nyata bagi wanita dibandingkan pria, yang walaupun sekarang ini terlihat bahwa pria banyak pula yang mengambil bagian secara aktif dalam mendidik anak-anak dibandingkan dengan apa yang terlihat pada waktu-waktu yang dahulu. Selanjutnya bagi orang yang cepat mempunyai anak dan mempunyai keluarga besar pada awal masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa awal ini merupakan masa reproduksi.
b. Masa Pengaturan
Masa pengaturan ini disebut juga sebagai masa yang ditujukan untuk memantapkan letak kedudukannya atau setting down age. Sejak seseorang telah mulai memainkan peranannya sebagai orang dewasa, seperti sebagai pemimpin rumah tangga dan sebagai orang tua, serta menyetujui hal itu sebagai peranannya dan hal itu menjadi suatu keharusan untuk diikuti dalam pola-pola perilaku tertentu dalam banyak aspek kehidupannya. Dengan pemantapan kedudukannya, seseorang berkembang pola hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat.
c. Masa Ketegangan Emosi
Ketegangan-ketegangan emosi yang terjadi pada masa dewasa awal umumnya berhubungan dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hal perkawinan, keuangan, persoalan jabatan dan sebagainya. Ketegangan emosi yang timbul itu bertingkat-tingkat selaras dengan intensitas persoalan yang dihadapi dan sejauh mana seseorang dapat mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Kepuasan atau ketenangan akan dapat dicapai dalam tahun-tahun pertama awal dewasa awal ini oleh beberapa individu, akan tetapi kebanyakan di antaranya tetap mengalami ketegangan emosi sampai mendekati pertengahan masa dewasa awal ini.
Menurut Robert J. Havighurst dalam bukunya Human Development and Education (1953) dalam Andi Mappiare (1983), bahwa seseorang dalam usia awal atau pertengahan tiga puluhan dapat memecahkan persoalan–persoalan serta cukup dapat mengendapkan ketegangan emosinya, sehingga seseorang dapat mencapai emosi yang stabil.
Ketegangan emosi seringkali diwujudkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul itu pada umumnya tergantung pada pancapaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu, dan sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam menghadapi persoalan tersebut.
d.
Masa Keterasingan Sosial
Banyak orang muda yang semenjak masa kanak-kanak dan remaja terbiasa tergantung pada persahabatan dalam kelompok mereka merasa kesepian sewaktu tugas-tugas mereka dalam rumah tangga ataupun dalam pekerjaan, memisahkan mereka dari kelompok mereka. Apakah kesepian yang berasal dari kelompok keterasingan ini hanya sebentar atau tetap, akan tergantung pada cepat lambatnya orang muda itu berhasil membina hubungan sosial baru untuk menggantikan hubungan hari-hari sosial sekolah dan kuliah mereka.
e. Masa Komitmen
Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi orang dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul tanggungjawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru. Meskipun pola-pola hidup, tanggungjawab dan komitmen-komitmen baru ini mungkin akan berubah juga, pola-pola ini menjadi landasan yang akan membentuk pola hidup, tanggung jawab dan komitmen-komitmen di kemudian hari.
f. Masa Ketergantungan
Meskipun telah resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, dan status ini memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang muda yang masih agak tergantung atau bahkan sangat tergantung pada orang-orang lain selama jangka waktu yang berbeda-beda. Ketergantungan ini mungkin pada orang tua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau penuh atau pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.
g.
Masa perubahan nilai
Ada beberapa alasan yang menyebabkan perubahan nilai pada masa dewasa awal, di antaranya adalah sebagai berikut:
• Jika orang muda dewasa ingin diterima oleh anggota-anggota kelompok orang dewasa, mereka harus menerima nilai-nilai kelompok ini, seperti juga sewaktu kanak-kanak dan remaja mereka harus menerima nilai-nilai kelompok teman sebaya.
• Orang-orang muda itu segera menyadari bahwa kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku seperti juga halnya dalam hal penampilan.
• Orang-orang muda yang menjadi bapak/ibu tidak hanya cenderung mengubah nilai-nilai mereka lebih cepat daripada mereka yang tidak kawin atau tidak punya anak, tetapi mereka juga bergeser kepada nilai-nilai yang lebih konservatif dan tradisional. Biasanya, nilai-nilai orang muda ini bergeser dari egosentris ke sosial.
h.
Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru
Di antara berbagai penyesuaian diri yang harus dilakukan orang muda terhadap gaya hidup baru, yang paling umum adalah penyesuaian diri pada pola peran seks atas dasar persamaan derajat yang menggantikan pembedaan pola peran seks tradisional, serta pola-pola baru bagi kehidupan keluarga, termasuk perceraian, keluarga berorangtua tunggal, dan berbagai pola baru di tempat pekerjaan khususnya pada unit-unit kerja yang besar dan impersonal di bidang bisnis dan industri.
i. Masa Bermasalah
Pada masa dewasa awal ini banyak persoalan yang baru dialami. Beberapa diantara persoalan tersebut merupakan kelanjutan atau pengrmbangan persoalan yang dialami dalam masa remaja akhir. Segera setelah seseoran dewasa awal menyelesaikan pendidikan sekolah mereka, maka menghadang pula persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan dan jabatan. Kompleknya persolan pekerjaan ini, disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan intern individu itu sendiri, faktor-faktor lingkungan sosial tremasuk orang tua, faktor kesempatan kerja dan lapangan kerja yang tersedia. Faktor-faktor intern yang meliputi ciri-ciri pribadi, sikap, kemampuan, dan keterampilan-keterampilan khusus tertentu haruslah dimiliki oleh seseorang untuk dapat memasuki suatu lapangan pekerjaan tertentu.
Persoalan yang berhubungan dengan pemilihan teman hidup merupakan satu di antara persoalan sangat penting dalam masa dewasa awal ini. Persoalan lain yang menonjol dirasakan dalam masa dewasa awal ini adalah berhubungan dengan hal-hal keuangan. Persoalan ini mencakup aspek usaha mendapatkannya dan aspek pengelolaanya dalam pembelanjaan.
j.
Masa kreatif
Bentuk kreatif yang akan terlihat sesudah ia dewasa akan bergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Pada masa awal dewasa, orang muda itu tidak saja harus menemukan di mana letak minat mereka tetapi mereka harus juga mengembangkan daya kreativitas itu.
2)
Tugas-tugas perkembangan dewasa awal
Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Kehidup¬an psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka akan me¬masuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap hams memperhaukan orang tua yang makin tua.
Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina sejak masa remaja/masa sebelumnya. Havighurst (Turner dan Helms, 1995} mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, di antaranya :
(a) mencari dan menemukan calon pasangan hidup,
(b) membina kehidupan rumah tangga,
(c) meniti karier dalam rangka rnemantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan
(d) menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
a. Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang syah (perkawinan resmi)
b. Membina Kehidupan Rumah Tangga
Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umum-nya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas.
Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah me¬nyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.
c. Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka ber¬upaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebaliknya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak (baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat mem-bangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja.
B.
Dewasa Madya (pertengahan)
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan – perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, seiring pula diikutin oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami perubahan – perubahan tersebut lebih lambat daripada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an sengaja ataupun tidak sengaja usia 60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut, jadi batasnya bukan usia 65tahun.
Oleh karena usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi – bagi kedalam dua sub-bagian yaitu : usia madya dini yang membentang antara usia 40 hingga 50 tahun dan usia madya lanjut yang terbentang antara usia 50 hingga 60 tahun. Selama usia madya lanjut, perubahan fisik dan psikologis yang pertama kali mulai selama 40 an awal menjadi kelihatan.
Seperti halnya periode lain dalam rentang kehidupan berbeda menurut tahap dimana perubahan fisik yang membedakan usia madya dari masa dewasa dini pada satu batas, dan usia lanjut dibatas lainnya. Menurut pepatah kuno, seperti halnya buah apel, matangnya pun tidak pada waktu yang sama, ada yang pada bulan Juni dan ada pula yang pada bula Oktober. Demikian juga halnya pada manusia.
1.Ciri-Ciri Usia Madya (pertengahan)
Seperti halnya setiap periode dalam rentang kehidupan, usia madya pun diasosiasikan dengan karakteristik tertentu yang membuatnya berbeda. Berikut ini akan diuraikan sepuluh karakteris yang amat penting.
a. Usia Madya Merupakan Periode yang Sangat Ditakuti
Ciri utama dari usia madya adalah bahwa masa tersebut merupakan periode yang sangat menakutkan. Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin terasa lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia. Pria dan wanita mempunyai banyak alasan yang kelihatannya berlaku untuk mereka, untuk takut memasuki usia madya.
b. Usia Madya Merupakan Masa Transisi
Ciri kedua dari usia madya adalah bahwa usia ini merupakan masa transisi. Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak – kanak ke masa remaja dan kemudian dewasa. Demikian pula usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciri – ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri – ciri jasmani dan perilaku baru.
Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai dan pola perilaku yang baru.
c. Usia Madya adalah Masa Stres
Ciri ketiga dari usia madya adalah bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak homeostatis fisik dan psikologis seseorang dan membawa stress.
Kategori stress pada usia madya :
• Stres somatic, yang disebabkan oleh keadaan jasmani yang menunjukkan usia tua.
• Stress budaya, yang berasal dari penempatan nilai yang tinggi pada kemudian, keperkasaan dan kesuksesan oleh kelompok budaya tertentu.
• Stress ekonomi, yang diakibatkan oleh beban keuangan dari mendidik anak dan memnerikan status symbol bagi seluruh anggota keluarga.
• Stress psikologis, yang mungkin diakibatkan oleh kematian suami atau istri, kepergian anak dari rumah, kebosanan terhadap perkawinan, atau rasa hilangnya masa muda dan mendekati ambang kematian.
Terbukti bahwa terdapat perbedaan seks dalam usia tersebut dimana pria dan wanita mengalami stress usia madya. Misalnya, kebanyakan wanita mengalami gangguan dalam nomeostatis selama usia 40-an, bila secara normal mereka memasuki menopause dan anak – anak mereka telah meninggalkan rumah, sehingga memaksa mereka melakukan penyesuaian kembali yang radikal dalam pola seluruh hidup mereka. Sebaliknya bagi pria situasi seperti datang kemudian umumnya pada usia 50-an ketika masa pensiun mendekat dengan perubahan peran.
d. Usia Madya adalah “Usia yang Berbahaya”
Ciri keempat dari usia madya adalah bahwa umumnya usia ini dianggap atau dipandang sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan. Cara biasa menginterprestasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki usia lanjut. Seperti yang dikemukakan Acher : Terhadap apa saja yang ada disekelilingnya, kelihatannya bahwa orang berusia madya berusaha mencari percontohan kegiatan dan pengalaman baru. Periode ini dapat didramatisir dengan lolosnya episodic ke dalam hubungan ekstra – marital, atau dengan bentuk alkoholisme. Bagi beberapa orang krisis usia madya dapat berakhir dengan kesusahan yang permanen dan semakin pendeknya usia mereka.”Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbullnya penyakit jiwa datang dengan cepat dikalangan pria dan wanita, dan gangguan ini berpuncak pada suisid (bunuhdiri) khususnya dikalangan pria.
e. Usia Madya adalah “Usia Canggung”
Ciri kelima dari usia madya dikenal dengan istilah “usia serba canggung (awkward age)”. Sama seperti remaja, bukan anak – anak dan bukan juga dewasa, demikian juga pria dan wanita berusia madya bukan “muda” lagi tapi bukan juga tua. Franzblau mengatakan bahwa “ Orang yang berusia madya seolah – olah berdiri diantara Generasi Pemberontak yang lebih muda dan Generasi Warga Senior”. Mereka secara terus – menerus menjadi sorotan dan menderita karena hal – hal yang tidak menyenangkan dan memalukan yang disebabkan oleh kedua generasi tersebut.
f. Usia Madya adalah Masa Berprestasi
Ciri keenam dari usia madya adalah bahwa usia tersebut adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, usia madya merupakan masa krisis dimana baik “generasivitas” (ganerativity) kecenderungan untuk menghasilkan maupun stagnasi kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Erikson, selama usia madya, orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Apalagi orang berusia madya mempunyai kemauan yang kuat untuk berhasil, mereka akan mencapai puncaknya pada usia ini dan memungut hasil dari masa – masa persiapan dan kerja keras yang dilakukan sebelumnya.
g. Usia Madya merupakan Masa Evaluasi
Ciri ketujuh dari usia madya adalah bahwa usia ini terutama adalah sebagai masa evaluasi diri. Karena usia madya pada umumnya merupakan saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka logislah apabila masa ini juga merupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan – harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan teman. Archer menyatakan : “Pada usia 20-an kita mengikat diri pada pekerjaan atau perkawinan. Selama akhir 30-an dan awal 40-an adalah umum bagi pria untuk melihat kembali keterikatan – keterikatan masa awal tersebut”.
h.
Usia Madya Dievaluasi dengan Standar Ganda
Ciri kedelapan dari usia madya adalah bahwa masa itu dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu lagi bagi wanita. Walaupun perkembangannnya cenderung mengarah kepersamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan, perindistrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial, namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi, ada dua aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, aspek yang berkaitan dengan peubahan jasmani. Dan kedua, dimana standar ganda dapat terlihat nyata terdapat pada cara mereka (pria dan wanita)menyatakan sikap terhadap usia tua.
i. Usia Madya merupakan Masa Sepi
Ciri kesembilan dari usia madya adalah bahwa masa ini dialami sebagai masa sepi (empty nest), masa ketika anak – anak tidak lama lagi tinggal bersama orangtua. Kecuali dalam beberapa kasus dimana pria dan wanita menikah, lebih lambat dibandingkan dengan usia rata – rata, atau menunda kelahiran anak hingga mereka lebih mapan dalam karier, atau mempunyai keluarga besar sepanjang masa, usia madya merupakan masa sepi dalam kehidupanperkawinan.
j. Usia Madya merupakan Masa Jenuh
Ciri kesepuluh usia madya adalah bahwa seringkali periode ini merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan. Banyak atau hampir seluruh pria dan wanita mengalami kejenuhan pada akhir usia 30-an dan awal 40-an. Para pria menjadi jenuh dengan kegiatan rutin sehari – hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak – anaknya, bertanya – tanya apa yang akan mereka lakukan pada usia 20 atau 30 tahun kedepan. Wanita yang tidak menikah yang mengabdikan hidupnya untuk bekerja atau karier, menjadi bosan dengan alasan yang sama dengan pria.
2.Tugas Perkembangan Dewasa Madya
a. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik
1. Perubahan dalam Penampilan
Seperti telah diketahui, sejak masa remaja dini, penampilan seseorang memegang peranan yang sangat penting terutama dalam penilaian sosial, sambutan sosial, dan kepemimpinan. Mereka yang berusia madya, memberontak terhadap penilaian status tersebut, yang mereka takuti ketika penampilan mereka menurun, terdapat kesulitan tambahan bagi pria dalam berlomba dengan orang-orang yang lebih muda, lebih kuat, lebih enerjik. Baik bagi pria maupun wanita, selalu terdapat ketakutan bahwa penampilan usia madya mereka akan menghambat kemampuan untuk mempertahankan pasangan mereka (suami/istri), ataupun mengurangi daya tarik terhadap lawan jenisnya.
Tanda-tanda yang Jelas pada Usia Lanjut :
- Berat badan bertambah
- Berkurangnya rambut dan beruban
- Perubahan pada kulit
- Tubuh menjadi gemuk
- Perubahan otot
- Masalah persendian
- Perubahan pada gigi
- Perubahan pada mata
2. Perubahan dalam Kemampuan Indera
Perubahan yang paling merepotkan dan nampak terdapat pada mata dan telinga. Perubahan fungsional dan generatif pada mata berakibat mengecilnya bundaran kecil pada anak mata, menguranginya ketajaman mata dan akhirnya cenderung menjadi glukoma, katarak, dan tumor.
Kebanyakan orang yang berusia madya menderita presbiopi atau kesulitan melihat sesuatau dari jarak jauh. Kemampuan mendengar juga melemah, mula-mula kepekaan terhadap nada tinggi menjadi berkurang, kemudian diikuti dengan menurunnya secara drastis sesuai dengan meningkatnya usia. Oleh karena semakin kehilangan tingkat pendengarannya, maka mereka yang berusia madya mulai berbicara dengan keras dan sering monoton. Di samping menurunnya kemampuan mendengar, terjadi pula penurunan daya cium dan rasa.
3. Perubahan Pada Keberfungsian Fisiologis
Perubahan-perubahan pada tubuh bagian luar terjadi berbarengan dengan perubahan-perubahan pada organ-organ dalam tubuh dan keberfungsiannya. Perubahan ini, pada sebagian besar bagian tubuh, langsung atau tidak langsung diakibatkan perubahan jaringan tubuh. Seperti gelang karet yang tua, dinding saluran arteri menjadi rapuh dengan bertambahnya usia. Keadaan tersebut dapat menimbulkan kesulitan sirkulasi. Meningkatnya tekanan darah, khususnya pada orang gemuk dapat menyebabkan komplikasi jantung.
Fungsi kelenjar tubuh menjadi lembam. Pori-pori dan kelenjar-kelenjar pada kulit yang membersihkan kulit dari kotoran menjadi lebih pelan, sehingga bau badan bertambah. Berbagai kelenjar yang dihubungkan dengan proses pencernaan berfungsi lebih lambat, sehingga mengalami masalah karena pencernaan menjadi lebih sering bekerja.
Kesulitan makin bertambah karena banyak orang usia madya menggunakan gigi palsu yang menambah kesulitan mengunyah. Selain itu, beberapa orang usia madya memperbaiki kebiasaan makan mereka sesuai dengan semakin lambannya kegiatan mereka. Keadaan ini kelihatannya menambah keterbatasan fungsi sistem penurunan. Akibatnya, konstipasi sering terjadi pada orang dewasa madya.
4. Perubahan Pada Kesehatan
Usia madya ditandai dengan menurunnya kesegaran fisik secara umum dan memburuknya kesehatan. Masalah kesehatan secara umum pada usia madya mencakup kecenderungan untuk mudah lelah, telinga berdengung, sakit pada otot, kepekaan kulit, pusing-pusing biasa, sakit pada lambung, kehilangan selera makan, serta insomnia.Bagimana usia madya mempengaruhi kesehatan individu, tergantung pada banyak faktor, seperti ; faktor keturunan, riwayat kesehatan masa lampau, tekanan emosi dalam hidup, dan kemauan untuk menyesuaikan diri dengan pola hidup untuk mengubah kondisi jasmani.
5. Perubahan Seksual
Sejauh ini, penyesuaian fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita pada usia madya terdapat pada perubahan-perubahan pada kemampuan seksual mereka. Wanita memasuki masa menopause, atau perubahan hidup, dimana masa menstruasi berhenti, dan mereka kehilangan kemampuan memelihara anak. Biasanya akan terjadi menginjak usia 49 tahun.
Walaupun demikian keadaan ini sangat bervariasi pada wanita, tergantung dari faktor keturunan, kondisi umum kesehatan, dan variasi iklim. Sedangkan pada pria mengalami masa klimakterik pria. Klimakterik pada pria sangat berbeda dengan menopause pada wanita. klimakterik datang kemudian, biasanya pada usia 60 atau 70 tahunan dan berjalan sangat lambat. Dengan datangnya penuaan secara umum pada seluruh tubuh, terjadi penurunan secara bertahap pada daya seksual dan reproduksi pria.
C.
DEWASA USIA LANJUT
Usia lanjut disebut juga masa tua. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Bila seseorang telah jauh beranjak dari periode hidupnya terdahulu, ia sering mengingat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang, mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin.
Usia 60-an biasanya dipandang sebaga garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Akan tetapi orang sering menyadari bahwa usia kronologis merupakan kriteria yang kurang baik dalam menandai permualaan usia lanjut karena terdapat perubahan tertentu di antara individu-individu pada saat usia lanjut dimulai. Karena kondisi kehidupan dan perawatan yang lebih baik, kebanyakan pria dan wanita zaman sekarang tidak menunjukkan tanda-tanda penuaan mental dan fisiknya sampai usia 65 tahun bahkan sampai awal 70-an. Karena alasan tersebut, ada kecenderungan yang meningkat untuk menggunakan usia 65 sebagai usia pensiun dalam berbagai urusan, sebagai tanda mulainya usia lanjut. Tahap terahir dalam rentang kehidupan sering dibagi menjadi:
- usia lanjut dini (60-70 tahun)
- usia lanjut (70 tahun sampai akhir hidup)
1. Ciri-ciri Usia Lanjut
a. Usia Lanjut Merupakan Periode Kemunduran
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence, yaitu masa periode menjadi tua. Kemunduran itu sebagian berasal dari faktor fisik dan psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Kemunduran yang disebabkan oleh faktor psikologis adalah sikap tidak senang terhadap diri sendiri orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak. Akibatnya orang menurun secara fisik dan mental dan mungkinakan segera mati. Selain itu, motivasi juga mempengaruhi kemunduran. Seseorang mempunyai motivasi rendah untuk mempelajari hal-hal baru atau ketinggalan dalam penampilan, atau sikap dan pola perilaku akan semakin buruk dan lebih cepat mengalami kemunduran daripadaorang yang mempunyai motivasi kuat.
b. Perbedaan Individual Pada Efek Menua
Dewasa ini bahkan lebih banyak terjadi daripada dahulu kala bahwa menua itu mempengaruhi orang secara berbeda-beda. Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan, sosioekonomi, latar belakang pendidikan, dan pola hidup yang berbeda pula. Bila perbedaan tersebut bertambah sesuai bertambahnya usia, maka akan membuat orang bereaksi secara berbeda terhadap situasi yang sama. Sebagai contoh, beberapa orang berfikir bahwa pensiun merupakan berkah dan keberuntungan, sedangkan orang lain menganggapnya sebagai kutukan.
c. Usia Tua Dinilai dengan Kriteria yang Berbeda
Pendapat klise yang telah dikenal masyarakat tentang usia lanjut adalah pria dan wanita yang keadaan fisik dan mentalnya loyo, usang, sering pikun, jalannya membungkuk, dan sulit hidup bersama dengan siapapun, karena hari-harinya yang penuh dengan manfaat telah lewat, sehingga perlu dijauhkan dari orang-orang yang lebih muda. Pendapat klise ini tidak menyenangkan dan tampaiknya membuat ia sulit melihat usia lanjut sebagai segalanya melainkan lebih merupakan hal yang negatif dalam kehidupan.
d. Sikap Sosial terhadap Usia Lanjut
Arti penting tentang sikap sosial terhadap usia lanjut yang tidak menyenangkan mempengaruhi cara memperlakukan orang usia lanjut. Sebagai pengganti penghormatan dan penghargaan terhadap orang usia lanjut, di beberapa negara seperti Amerika mengakibatkan orang usia lanjut merasa bahwa mereka tidak lagi bermanfaat bagi kelompok sosial dengan demikian maka lebih banyak menyusahkan daripada sikap yang menyenangkan.
e. Orang Usia Lanjut Mempunyai Status Kelompok-Minoritas
Meskipun ada fakta bahwa dewasa ini orang usia lanjut bertambah jumlahnya, tetapi status mereka dalam kelompok-minoritas, yaitu status yang dalam beberapa hal mengecualikan mereka untuk tidak berinteraksi dengan kelompok lainnya, dan memberinya sedikit kekuasaan atau bahkan tidak. Status kelompok-minoritas ini terutama terjadi akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjut dan diperkuat oleh pendapat klise yang tidak menyenangkan tentang mereka.
f. Menua Membutuhkan Perubahan Peran
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan tentang orang usia lanjut, pujian yang mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia tua bukan dengan keberhasilan mereka. Persaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi orang usia lanjut menumbuhkan rasa rendah diri dan kemarahan, yaitu perasaan yang tidak menunjang proses penyesuaian sosial seseorang.
g. Penyesuaian yang Buruk Merupakan Ciri-ciri Usia Lanjut
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi orang usia lanjut, yang nampak dalam cara orang memperlakukan mereka maka tidak heran lagi kalau banyak orang usia lanjut mengembangkan konsep diri yang yang tidak menyenangkan. Hal ini cenderung ditunjukan pada bentuk perilaku yang buruk dan tingkat kekerasan yang berbeda pula. Mereka yang pada masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung untuk semakin jahat ketimbang mereka yang dalam menyesuiakan diri pada masa lalunya mudah dan menyenangkan.
h. Keinginan menjadi Muda Kembali sangat Kuat Pada Usia Lanjut.
Status kelompok-minoritas yang dikenakan pada orang berusia lanjut secara alami telah membangkitkan keinginan mereka untuk tetap muda. Berbagai cara-cara kuno, obat termanjur untuk semua penyakit, zat kimia, tukang sihir dan ilmu gaib digunakan utnuk mencapai tujuan tersebut.
2. Tugas Perkembangan Usia Lanjut
Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih pada kehidupan pribadi ketimbang kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan, kemunduran kesehatan secara bertahap. Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah dilakukan di dalam maupun diluar rumah. Mereka juga diharapkan mencari kegiatan-kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka ketika muda.
Bagi beberapa orang usia lanjut kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial dan kewajiban warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun, yang akhirnya mereka terpaksa untuk mengundurkan diri dari acara kegiatan sosial. Cepat atau lambat sebagian besar orang usia lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian suami atau istri. Saat anak-anak menjadi tumbuh besar, dan mulai banya terlibat dalam kegiatan keluarga atau pribadi, maka waktu yang dimiliki oleh orang usia lanjut bersama anak akan semakin sedikit. Oleh karena itu mereka perlu membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka.
1) Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Bagi Usia Lanjut
a. Perubahan Penampilan
Kebanyakan tanda fisik bagi penuaan adalah perubahan pada wajah. Bahkan walaupun wanita dapat menggunakan kosmetik yang dapat menutupi tanda-tanda penuaan, tetapi selalu banyak aspek yang tidak dapat ditutupinya. Selain itu, tangan juga dapat menyingkapkan usia seseorang. Sama seperti wajah, tangan lebih banyak berubah seiring berubahnya usia. Dan perubahan pada tangan ini sering tidak dapat disembunyikan.
b. Perubahan Bagian dalam Tubuh
- Perubahan kerangka tubuh (skelton) karena mengerasnya tulang-tulang, menumpuknya garam mineral dan modifikasi pada susunan organ tulang bagian dalam. Akibatnya adalah tulang mudah patah dan retak, atau terjadi osteoporosis.
- Perubahan sistem syaraf (nervous tems). Yang perlu diperhatikan adalah pada otak. Pada usia lanjut berat otak berkurang, bilik-bilik jantung melebar sedang pita jaringan cortical menyempit. Sistem saraf puja berubah sejak awal periode lanjut. Perubahan itu ketahuan dari menurunnya kecepatan belajar sesuatu yang diikuti menurunnya kemampuan intelektual.
- Isi perut (viscera). Isi perut mengalami penurunan seperti berhentinya pertumbuhan yang diketahui lewat limpa, hati, alat reproduksi, jantung, paru-paru pankreas dan ginjal.
c. Perubahan pada fungsi fisiologis
- Kurang tahan terhadap terhadap temperatur yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin)
- Kesulitan dalam pernafasan
- Penurunan jumlah waktu tidur karena insomnia
- Perubahan dalam pencernaan
- Menurunnya ketahanan dan kekuatan bekerja karena menurunnya fungsi otot
d. Perubahan Panca Indera
Pada usia lanjut, fungsi seluruh organ penginderaan kurang mempunyai sensitivitas dan efisiensi kerja dibanding yang dimiliki orang yang lebih muda. Mata dan telinga merupakan dua organ yang paling banyak mengalami kemunduran fungsinya, karena mata dan teling paling sering digunakan sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh bertambahnya usia.
e. Perubahan Seksual
Masa berhentinya reproduksi keturunan (klimakterik) pada pria datang belakangan daripada masa menopause pada wanita, dan memerlukan masa yang lebih lama. Klimakterik pada pria mempunyai dua efek umum. Pertama, terjadi penyusutan atau penurunan ciri-ciri sekunder. Misalnya perubahan suara, titik nada meninggi, rambut pada bagian wajah dan badan menjadi berkurang keindahannya, dan kekerasan otot menurun. Secara umum orang usia lanjut merasa berkurang kelaki-lakiannya, dibanding sebelumnya. Begitu juga wanita berkurang keluwesannya setelah menopause terjadi. Kedua, klimakterik mempengaruhi fungsi seksual. Walaupun potensi seksual telah berkurang, tetapi tidak berarti keinginan untuk seksualnya menurun. Bahkan keinginan untuk seksual lebih besar daripada ketahanan atau kemampuan fisiknya.
2)Perubahan Kemampuan Motorik Pada Usia Lanjut
Perubahan kemampuan motorik disebabkan oleh beberapa hal:
- Penyebab Fisik
Penyebab fisik yang mempengaruhi perubahan dalam kemampuan motorik adalah meliputi menurunnya kekuatan dan tenag, yang biasanya menyertai perubahan fisik yang terjadi karena bertambahnya usia, menurunnya kekerasan otot, kekuatan pada persendia, gemetar pada tangan, kepala dan rahang bawah
- Penyebab Psikologis
Penyebab psikologi yang mempengaruhi perubahan dalam kemampuan motorik berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan akan rendah diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda, dalam arti kekuatan, kecepatan dan keterampilan. Tekanan emosi yang berasal dari sebab-sebab psikologis dapat mempercepat perubahan kemempuan motorik atau menurunnya motivasi untuk mencoba melakukan sesuatu yang masih dapat dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Masa Dewasa atu kematangan yaitu kestabilan emosi, mampu mengendalikan perasaan, kesadaran realitas yang tinggi, bersikap toleran terhadap orang lain, optimis, memiliki rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan orang lain (keluarganya apabila ia sudah berumah tangga), berperilaku sesuai norma atau nilai-nilai, berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermastarakat. Selama masa dewasa yang lama ini, perubahan-perubahan fisik dan psikologis terjadi pada waktu-waktu yang dapat diramalkan seperti masa kanak-kanak dan masa remaja, yang juga mencakup periode yang cukup lama saat terjadinya perubahan-perubahan fisik dan psikologis tertentu, masa dewasa biasanya dibagi berdasarkan periode yang menunjuk pada perubahan-perubahan tersebut, bersama dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan tekanan-tekanan berdaya serta harapan-harapan yang timbul akibat perubahan tersebut.
Dewasa awal merupakan suatu masa atau periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial baru. Secara biologis, masa ini merupakan puncak pertumbuhan fisik yang prima, sehingga dipandang sebagai usia yang tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population). Mereka memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition), transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).
Banyak di antara ciri penting dalam masa dewasa awal merupakan kelanjutan dari ciri-ciri yang terdapat dalam masa remaja. Dengan keadaan individu dalam masa remaja, apa yang telah dimilikinya sebagai hasil belajar dan pengalaman, yang kemudian dilengkapi dalam masa dewasa awal. Penyesuaian-penyesuaian yang dicapai dalam masa remaja mendasari penyesuaian diri dalam masa dewasa dan mengantarkan individu dalam kedewasaan dalam arti yang sesungguhnya. Karena Masa Dewasa dini merupakan masa transisi dari remaja akhir, sehingga masih ada beberapa sifat remaja yang masih muncul. Tugas perkembangan masa dewasa dini atau awal, yakni mencari dan menemukan calon pasangan hidup, membina kehidupan rumah tangga, meniti karir, menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Dewasa Madya berkisar dari usia 40 sampai 60 tahun, Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan – perubahan jasmani dan mental. Pria dan wanita mempunyai banyak alasan yang kelihatannya berlaku untuk mereka, untuk takut memasuki usia madya. Beberapa diantaranya adalah banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya, yaitu kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi kehidupan serta berbagai tekanan tentang pentingnya masa muda bagi kebudayaan Amerika disbanding dengan penghormatan untuk masa tersebut oleh berbagai kebudayaan Negara lain.
Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai dan pola perilaku yang baru. Pada usia madya, cepat atau lambat semua orang dewasa harus melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan jasmani dan harus menyadari bahwa pola peerilaku pada usia mudanya harus diperbaiki secara radikal. Pada masa ini dialami sebagai masa sepi (empty nest), masa ketika anak – anak tidak lama lagi tinggal bersama orangtua. Lalu masa menjadi jenuh dengan kegiatan rutin sehari hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan. Pada usia ini, seseorang mulai mengalami perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indera, Perubahan dalam keberfungsian fisiologis, perubahan kesehatan, perubahan seksual yang sangat menonjol yakin menopause pada wanita dan klimakterik pada pria, penyesuaian diri terhadap perubahan mental dan minat yang berubah, serta penyesuaian sosial.
Dewasa usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence, yaitu masa periode menjadi tua. Kemunduran itu sebagian berasal dari faktor fisik dan psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Menurunnya kesehatan fisik serta energi akan muncul di tahapan ini.
Kemampuan kognitif terus berkembang selama masa dewasa.Akan tetapi, bagaimanapun tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa tersebut yang mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan kadang – kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa – masa sebelumnya.Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas.Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda.
B. Saran
Penulis tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat makalah yang lebih baik untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentaang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Morks, F.J., Knoers. A.M.P & Hadinoto S.R (2001). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Santrock (2007). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Santrock (2002). Life- span development (perkembangan masa hidup), jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Mappiare, Andi (1983). Psikologi orang dewasa. Surabaya: usaha nasional.
Julius, dkk. 198 Drs. Johan W Kandau (1991). Psikologi umum, Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama.
Comments
Post a Comment